Ad-Dukhon

FENOMENA KABUT ASAP DAN LUMPUR PANAS:
Tanda-tanda Kehancuran Suatu Bangsa?

Entah apa yang terjadi dengan bangsa ini sehingga berbagai macam musibah seolah-olah sudah menjadi jadwal bulanan untuk dijalani.

Seorang ibu dengan cemas memperingatkan anaknya agar menjauhi sumur yang berada di dekat rumahnya. Sambil menahan pusing dan mual, tidak hentinya ia menegur anak-anak yang bermain di sekitar sumur tersebut. Tidak pernah terbayangkan kalau ia akan menghadapi keadaan ini satu bulan yang lalu. Tak pernah terpikir juga kalau suatu saat nanti harus mengungsi apabila sumur lumpur yang jaraknya cuma hitungan meter itu merendam rumahnya.

Apa yang dirasakan ibu itu tidak banyak berbeda dengan yang dirasakan penduduk lainnya di Desa Kolam Kanan, Barambai, Batola, Kalsel. Perasaan takut dan cemas pada hal yang tidak diinginkan menimpa mereka. Bingung, kemana harus mengungsi apabila suatu saat lumpur semakin meluas dan merendam rumah mereka. Takut terjadi hal yang sama dengan tragedi lumpur di Porong, Sidoarjo. Takut apabila lumpur yang mengandung menthana, karbon monoksida dan oksigen itu meledak hingga merenggut banyak nyawa.

Lumpur panas di Barambai merupakan rangkaian fenomena alam, di mana lumpur menggelegak keluar dari perut bumi. Tentunya, selain lumpur panas di Sidoarjo. Warga Desa Kedalingan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah juga dibuat geger oleh semburan lumpur setinggi 15 meter di desa mereka.

Sampai sekarang, semua sumur lumpur ini masih aktif bahkan beberapa di antaranya mengelurkan gas yang cukup berbahaya hingga menyebabakan pusing dan mual bagi yang menghirupnya. Tidak ada yang mengetahui kapan Lumpur ini akan berhenti meluap. Segala usaha yang dilakukan untuk menghentikan atau menyumbatnya pun tidak membuahkan hasil yang berarti. Walhasil tidak ada yang bisa dilakukan, kecuali mengungsi dan menghindarinya.

Satu bulan sebelum lumpur Barambai dan Pati muncul, Indonesia disibukan oleh kabut asap akibat kebakaran hutan. Kabut asap bahkan ikut mencemari udara negara tetangga, sehingga negara kita menuai banyak protes karena tidak bisa menanggulangi masalah ini di negeri sendiri. Jarak pandang di jalan cuma sekitar sekian meter sehingga memicu terjadi kecelakaan. Bandara menjadi tidak bisa beroperasi optimal, membuat banyak jadwal penerbangan ditunda dan dibatalkan.

Entah apa yang terjadi dengan bangsa ini sehingga berbagai macam musibah seolah-olah sudah menjadi jadwal bulanan untuk dijalani. Tahun kemarin, kita tentu masih ingat pada peristiwa tsunami yang hampir menelan seluruh Aceh. Setelah itu, berbagai macam gempa bumi dan kebakaran besar di Kotabaru. Di Banjarmasin sendiri terjadi kebakaran hebat di daerah Alalak seusai Ramadhan. Ratusan rumah menjadi keganasan si jago merah dan membuat banyak kepala kelurga kehilangan tempat tinggal.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, kiamat tidak akan terjadi terkecuali datang 10 macam tanda sebelumnya. Di antara 10 tanda itu, sudah terlihat dua di antaranya, yaitu ad dukhon dan menyalanya api dari perut bumi. Mungkin bisa jadi kiamat tidak akan terjadi dalam waktu singkat. Tetapi, siapa yang mengetahui alasan penyebab munculnya dua tanda ini di negara kita. Apakah ini adzab atau ujian. Atau merupakan sesuatu yang menandai awal dari kehancuran bangsa ini?

Ad Dukhon ialah asap tebal yang menyelimuti dunia. Dari makna aslinya, berarti munculnya asap tebal menyelimuti dunia sehingga membuat panik dan kebingungan seluruh penduduk bumi. Tanda ini jelas terlihat sewaktu negeri ini dilanda kabut asap tebal dan pekat. Asap bahkan sampai masuk ke dalam rumah, membuat mata perih dan tenggorokan tercekat. Setidaknya kita harus menggunakan masker untuk menghindari infeksi pada saluran pernafasan. Udara bersih menjadi sangat mahal harganya waktu itu.

Keluarnya api di sini, maksudnya keluarnya api dari Yaman yang menghalau manusia ke Hasyr (tempat berkumpul) dengan api tersebut. Namun menurut pengamat modern, yang dimaksud api keluar dari Yaman ialah ibarat, menjelang kiamat nanti banyak api berhamburan keluar dari muka bumi, seperti gunung meletus yang menggoyahkan bumi dan menandakan kalau bumi sudah labil.

Sebagaimana kita ketahui, dalam perut bumi terdapat banyak gas berbahaya dan mematikan. Gas, yang sebenarnya menjadi kekuatan bumi dan terpusat dalam magma inti bumi. Apabila gas panas dan beracun ini merembes keluar, artinya kekuatan bumi pun semakin melemah. Demikian ini membuat bumi tidak lagi memiliki tenaga dan kiamat pun akan segera terjadi.

Mungkin masih terlalu dini untuk menyimpulkan, keluarnya lumpur panas merupakan tanda akan terjadi kiamat. Tetapi kita tentu tidak bisa menutup mata, musibah ini membuat kita was-was dan prihatin. Siapa yang bisa menjamin, lumpur panas selanjutnya tidak terjadi di tempat kita? Siapa yang menjamin, kabut asap tidak akan datang lagi? Atau bencana bencana lain yang masih menunggu.

Kita tidak pernah mengetahui kapan dan di mana bencana itu terjadi, seperti apa bentuknya, dan siapa saja yang akan tewas karenanya. Maut tidak pernah kenal ayah, ibu, dan saudara. Ia menjemput siapa saja yang diinginkannya, dan hanya menyisakan tangis dan ratapan kehilangan dari keluarga yang ditinggalkan. Tidak ada seorang manusia pun yang sanggup memperkirakannya, apalagi mencegah dan melawannya. Tak peduli kaya atau miskin, karena memang takdir manusia.

Bisa jadi dan tanpa disadari, negara ini sudah di ambang kehancuran karena semua tindak tanduk bangsanya melampaui batas. Banyak dalil yang terbukti di zaman sekarang kalau masa-masa kebinasaan itu hampir datang, di antaranya: semuanya diukur dengan uang. Banyak orang dihormati karena mereka kaya, dan banyak tokoh agama menjual fatwanya demi uang. Perasaan rendah, hina, dan sulit bergerak kemana-mana tanpa uang. Rela melakukan segalanya demi uang. Keinginan terhadap dunia lebih besar.

Banyak orang berprinsip, dunia adalah tujuan sehingga sampai mati yang dikejar hanya dunia, sementara akhirat dilupakan. Orangtua diperintah anak, saudara tidak dapat dipercaya, dan budaya salam dilupakan. Hal ini terlihat jelas, di zaman sekarang anak-anak cenderung dimanjakan sehingga menjadi penjajah bagi orangtua mereka sendiri, saudara saling menipu satu sama lain demi mendapatkan keuntungan dan budaya salam menghilang dari kehidupan. Ilmu agama berangsur lenyap, zina dan minuman keras menjadi kegemaran.

Sebagaiman ditegaskan, sebelum akhir zaman ilmu agama dicabut perlahan-lahan dari muka bumi. Zina menjadi hal yang lumrah dan minuman keras digemari. Fitnah di mana-mana. Maksudnya, perkara yang menimbulkan manusia lupa pada Tuhan. Karena banyaknya perkara yang diurus, manusia menjadi lupa kalau ia sepenuhnya terikat pada ketentuan Tuhan.

Kalau sudah seperti ini, tidak bisa dipungkiri sebenarnya kehancuran itu disebabkan tangan manusia sendiri. Bisa dipastikan apabila segalanya sudah melampaui batas, tunggulah masa kebinasaannya. Manusia tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah, kecuali belajar dari pengalaman dan berusaha memperbaiki diri. Tidak mungkin bias mengubah hal yang besar, apabila tidak dimulai dari yang kecil. Sebagai bagian kecil dari bangsa ini, hendaknya kita mulai mengubah diri sendiri mulai dari yang kecil ke arah kebaikan. Apabila hal ini tidak segera dilakukan, selain tsunami, kebakaran hebat, gempa bumi, kabut asap, lumpur panas, entah apa yang akan terjadi selanjutnya pada bangsa ini.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 komentar: